Jumat, 30 November 2012

Analisis : Pengakuan Palestina Menjadi Negara Tidak Akan Membawa Perubahan yang Signifikan

Peningkatan status Palestina dari ‘entitas’ menjadi negara anggota tidak akan membawa perubahan yang nyata bagi Palestina. Status baru ini tidak lebih dari sekedar penyesatan politik yang akan memperpanjang penderitaan rakyat Palestina.
Pangkal persoalan di Palestina sesungguhnya adalah keberadaan ‘entitas’ zionis Yahudi yang telah menjajah Palestina,mengusir, dan melakukan pembunuhan masal terhadap umat Islam di sana.
Segala bentuk solusi yang tidak mengarah kepada persoalan pokok ini yaitu mengusir keberadaan penjajah disana , bukanlah solusi yang sejati. Solusi selain ini sekedar untuk kepentingan elit politik Arab dan upaya memperpanjang penjajahan Palestina. Sekedar memberikan harapan-harapan palsu lewat perdamaian dan janji kemerdekaan semu.
Sebagaimana diketahui, Sidang Majelis Umum PBB, Kamis, 30 November 2012 dengan suara mayoritas mensahkan peningkatan status Palestina di PBB dari “kesatuan” jadi “negara non-anggota”. Peningkatan status ini menjadi pengakuan simbolis dan tersirat badan dunia itu terhadap negara Palestina.
Pengakuan Palestina menjadi negara merupakan bagian dari langkah usulan Amerika terhadap problem Palestina yaitu adanya dua negara merdeka di Palestina (two state solution).
Usulan Amerika ini pernah ditegaskan pada tahun 2009 oleh George Mitchell (utusan khusus AS untuk Timur Tengah) usai bertemu Presiden Mesir Husni Mubarak saat itu. Mitchell menyatakan: ‘Telah menjadi kebijakan AS bahwa solusi bagi konflik Israel-Palestina adalah solusi dua negara’ (Kompas,21/04/2009)
Solusi ini berarti merupakan pengakuan terhadap keberadaan penjajah Israel di Palestina. Solusi ini bukan hanya merupakan pengkhianatan terhadap umat Islam tapi juga pengkhianatan terhadap Allah dan Rosul-Nya. Karena tanah Palestina adalah milik umat Islam , yang dibebaskan oleh Kholifah Umar bin Khottab ra. Tidak ada satu pihakpun, baik Hamas ataupun Fatah , ataupun penguasa Arab yang berhak memberikannya kepada penjajah.
Disamping itu, pengakuan Palestina menjadi negara ini juga merupakan bagian dari strategi negara-negara Barat untuk mengangkat popularitas kelompok Fatah yang diwakili oleh Mahmud Abbas. Mengingat  popularitas Abbas semakin menurun.
Sementara itu  , Amerika sangat membutuhkan Abbas dan kelompok Fattahnya yang sekuler untuk menjadi operator bagi kepentingan Amerika di Palestina. Lewat Abbas dan Fattahnya, Amerika menawarkan harapan semu yang  tidak berujung.
Tidak hanya itu, istilah negara untuk Palestina pun patut dipertanyakan secara de facto. Mengingat Palestina saat ini sesungguhnya belumlah memiliki kedaulatan penuh layaknya sebagai sebuah negara. Keamanan belum benar-benar di tangan ‘negara’ Palestina.
Palestina masih dalam cengkraman penjajah yahudi, yang bisa melakukan apapun sekehendak hatinya dan kapan saja untuk menyerang, menghancurkan, dan melakukan pembantaian terhadap umat Islam Palestina.
Karena itu, bagi Israel, pengakuan negara Palestina, tidak akan memberikan pengaruh apapun, karena tidak mengancam eksistensi mereka sebagai penjajah . Bahkan kalaupun Palestina menjadi anggota tetap PBB, Israel tetap akan aman. Karena di sana ada Amerika serikat yang menjadi pembela sejatinya dengan  senjata hak veto. PBB tetap saja lembaga impoten yang tidak bisa melakukan apa-apa kalau berhubungan dengan kepentingan Amerika dan negara-negara pemilik hak veto lainnya.
Dan Israel sangat menyadari hal ini. Harian Yedioth Ahronoth (30/11) meremehkan pengakuan status negara Palestina dengan menyatakan : “Majelis Umum PBB, sebuah badan impoten tanpa otoritas apapun, mengeluarkan resolusi konyol dan benar-benar tidak logis yang memberikan status pengamat ke negara yang bahkan tidak ada – dan tidak akan pernah ada kecuali mencapai kesepakatan dengan Israel. Bukan dengan PBB. Dengan Israel. Tanpa persetujuan Israel tidak ada negara Palestina, terlepas dari berapa banyak negara mendukungnya di Majelis Umum”
Satu-satunya yang mengancam eksistensi  ‘entitas’ penjajah Israel adalah bersatunya umat Islam dibawah naungan Khilafah yang akan menyerukan jihad fi sabilillah mengusir aggressor ini. Khilafah akan menyatukan negeri-negeri Islam dan menggerakkan  tentara-tentara dari Mesir, Turki, Saudi, Iraq, Pakistan, dan negeri-negeri Islam lainnya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan. Inilah solusi sejati yang benar-benar akan menyelesaikan persoalan Palestina. (Farid Wadjdi)

Rabu, 21 November 2012

ALAAAH CUMA BISA BACOT!!!!

Judul di atas sangat sering saya dengar dalam pergaulan kita sehari-hari. Berbagai masalah yang ditanggapi berlebihan oleh seseorang akan mendapatkan kaliamt di atas sebagai bentuk meremehkan dan kesal dengan tanggapan yang diberikan oleh seseorang tersebut terhadap sesuatu.
Kalimat tersebut merupakan bentuk kekesalan terhadap seseorang yang dinilai hanya bisa berbicara, up date status di FB n twitter atau demonstrasi di jalan. Namun, perlu digarisbawahi..kalau perlu ditebalkan, dimiringkan dan hurufnya dibikin besar..(hahah) apa yang mereka kerjakan lebih baik daripada Anda-anda yang berkata "Alaaaaah cuma bisa bacot" INGAT ..!!!JAUH LEBIH BAIK.simak uraian di bawah ini... terkait kasus serangan kafir Israel ke Jalur Gaza..

Pertama, mereka lebih mampu menunjukkan sikap peduli dibanding kalian yang cuma bisa diam. Mereka berani mengutarakan apa yang tersimpan dibenaknya dan memaparkannya pada orang lain. Sedangkan kalian yang cuma bisa diam, paling kalian cuma berbisik dalam hati dan menganggap hal yang dibahas tak berguna. Banyak orang yang pake status, PP, dan lainnya dengan kata2 save GAZA...itu jauh lebih baik daripada anda yang berpikiran "alaaaaaaahhh sok2 an peduli gaza...kuliah aja dlu yang benar" ini kesalahn konsep berpikir stadium parah di kepala Anda...mereka seperti itu karena peduli dengan nasib saudara sesama muslim, bukan untuk sok-sok an atau ingin di nilai bermoral. CAMKAN ITU!!

Kedua, dengan mereka nulis status, dan lain2..mereka bisa menyadarkan orang2 di sekitar mereka bahwa ada kejadian yang harus mereka lebih pdeulikan daripada main poker, atau chat ga penting ma orang ga dikenal.. ketika kalian yang tengah asik main poker, farm ville atau semacamnya baca statusnya anda malah mengatakan..."alaaaaaaaaaahh bacot doang" ...ingat mereka berusaha menyadarkan anda-anda kaum otak dangkal untuk lebih paham masalah dunia dan masalah aqidah

Ketiga, jangan remehkan kata-kata..jangan remehkan aksi lewat propaganda..Nabi Muhammad Dakwah di mekah hanya lewat kata-kata dan sembunyi2...jadi jika kalian meremehkan kata2..sama saja kalian ingkar fakta. Aksi yang dilakukan dengan demo jauh lebih baik daripada diam..mungkin kalian berpikir "BOODOH sekali kalian panas2an demo tentang GAZA" jika kalian berpikir seperti ini..lebih baik kalian sekarang berwudhu dan sholat ..mohon ampun pada Allah karena telah berpikiran seperti itu..mereka demo panas2an hanya demi satu AGAMA Allah..nah kalian????cuma duduk2 di kosan, nge rokok, main game, dll..aksi yang mereka lakukan hanya memohon pada SBY yang terhormat untuk emngirimkan pasukan ke PLAESTINA..karena yang perlu kalian INGAT

MEREKA TAK BUTUH AIR MATA KALIAN, MEREKA BUTUH TENTARA KALIAN...

Sabtu, 10 November 2012

TEKNOLOGI DAN PLAGIARISME




            Suatu sore  ketika saya berhadapan dengan komputer dan tengah “berselancar” di dunia maya, saya menemukan sebuah humor yang cukup “menggelitik” pikiran saya.Inilah petikan humor yang berupa dialog antara guru dan murid. “Roni, kenapa kamu tidak mengumpulkan tugas?” tanya seorang guru SD pagi hari di ruang kelas.”Aduh Bu, saya mau mengumpulkan tugas, tetapi saya tidak bisa membuat tugas tersebut, sehingga tidak saya kumpulkan”jawab sang murid dengan polos.”Kenapa kamu tidak mengerjakan tugas tersebut?”balas sang guru.”Komputer saya rusak dua huruf bu”ujar si murid “dan dua huruf itu huruf terpenting dalam membuat tugas bu”tambahnya.”huruf apa itu?”sang guru penasaran.”hurf C untuk copy dan huruf V untuk paste” jawab si murid.
            Membaca humor di atas mungkin bisa membuat kita tersenyum atau malah tertawa terpingkal-pingkal. Namun, perlu kita sadari humor tersebut tidak akan ada jika hal itu tidak terjadi dalam dunia nyata, mungkin tidak akan ada murid yang menjawab persis seperti itu, tapi dengan humor seperti ini bisa mencerminkan bahwa fenomena plagiarisme telah menjadi hal yang lumrah dan dikenal banyak orang, khususnya di negara ini. Tidak hanya usia dewasa tapi telah merambah ke usia remaja bahkan anak-anak. Bisa saya katakan di sini seharusnya kita prihatin dengan humor seperti ini, secara tidak langsung humor ini mendeskripsikan bahwa di Indonesia budaya plagiarisme telah menjadi budaya yang lumrah dan bisa menjadi bahan “guyonan”.
            Perlu kita kaji ulang bahwa tindak plagiarisme di Indonesia semakin marak seiring dengan semakin majunya teknologi. Mengapa saya sebut demikian?sebagai salah satu contoh, pelanggaran hak cipta terjadi sejak adanya mesin fotokopi, setiap orang bisa dengan bebas memfoto kopi buku yang dia inginkan, bahkan dengan warna dan bentuk serupa. Hak cipta yang dimaksud adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan (Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta).
            Apakah setiap orang yang memfotokopi buku telah meminta izin pada setiap pengarang bukunya?saya rasa tidak. Bahkan menurut pengalaman pribadi saya, saya dan teman satu kelas saya pernah menfotokopi beberapa buku dalam jumlah besar dan bisa saya sebut mencetak ulang buku tersebut dengan harga murah, tanpa ada satupun dari kami yang memberitahu pengarang buku tersebut. Keadaan yang membuat orang melakukan tindak plagiarisme, di saat kebutuhan akan ilmu dari buku tersebut sangat dibutuhkan, sementara buku tersebut sulit ditemui dipasaran atau ada dipasaran tapi memilki harga yang sangat tinggi, dibantu dengan teknologi maka berlangsunglah sebuah pelanggaran hak cipta.
            Menurut  Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta”pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi”. Pasal tersebut dengan jelas mengatakan bahwa sesorang bisa disebut pencipta apabila dia melahirkan suatu ciptaan bukan dengan otak atau pikiran orang lain tapi atas kemampua dan keahliannya sendiri.  Bagaimana mungkin kita menuliskan atau mengatakan sesuatu yang bukan berasal dari kita tanpa menuliskan berasal darimana hal tersebut? dan seolah-olah itu berasal dari kita?
Menyambut Hari Kekayaan Intelektual Sedunia yang jatuh tepatnya setiap tanggal 26 April  yang ditetapkan oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) sejak tahun 2001 . Pada tanggal 26 April tahun 2000, Konvensi Pembentukan World Intellectual Property Organization  (WIPO) dinyatakan mulai berlaku.  Oleh karena itu, setiap tanggal 26 April, selalu diperingati oleh negara-negara anggota WIPO, termasuk Indonesia, sebagai World Intellectual Property Day atau Hari Kekayaan Intelektual Sedunia. Sudah sepantasnya kita memikirkan ulang mengenai teknologi yang semakin lama semakin membantu proses plagiarisme ini.
Teknologi yang semakin memanjakan dan mempermudah sebuah proses palgiarisme merupakan salah satu faktor besar berkembangnya plagiarisme dan cenderung memasyarakat. Jangan pernah salahkan para generasi muda Indonesia yang akan lebih suka membuka alat-alat digital mereka untuk menyalin suatu informasi dibanding masuk ke perpustakaan dan membolak-balik buku lalu menuliskan kembali informasi yang mereka dapatkan. Semakin banyak cafĂ©  yang menyediakan fasilitas hot spot  akan membuat perpustakaan semakin sepi. Lagi-lagi teknologi yang memudahkan, teknologi pula yang memalaskan orang.
Banyak hal yang sebenarnya bisa kita lakukan saat ini untuk menghadapi “penyakit” yang satu ini, tapi dalam hal ini dibutuhkan kerjasama yang sangat kuat dari berbagai elemen, mulai dari pemerintah, penegak hukum, hingga masyarakat umum. Kampanye anti plagiarisme mungkin sudah sering dilakukan tapi sekarang yang dibutuhkan adalah tindakan nyata. Berbagai hukum telah dibuat tentang hal ini, tinggal penerapan dan kesadaran dari masyarakat untuk menguatkan hukum ini.
Sangat dibutuhkan dan  diharapkan adanya peningkatan pemahaman bagi kita semua untuk lebih menghargai dan menghormati hasil karya intelektual  orang lain. Selain itu, masalah pelanggaran hak kekayaan intelektual juga akan berpengaruh terhadap gairah atau keinginan untuk berkreasi dan berinovasi. Dengan kata lain, pelanggaran hak kekayaan intelektual yang tidak ditindaklanjuti dengan penegakan hukum yang kuat akan menimbulkan dampak negatif yang lambat laun akan menghancurkan negara ini.
            Indonesia adalah negara kaya, banyak hal yang bisa dibanggakan dari negara ini. Saking banyaknya telah banyak hal-hal yang merupakan buah pikiran asli Indonesia berusaha diambil oleh negara lain. Apakah kita akan tetap membiarkan budaya plagiarisme ini?Apakah yang akan kita lakukan jika suatu sata nanti humor di awal tulisan ini menjadi hal nyata yang kita dengar?
            Marilah disaat dunia akan memperingati Hari Kekayaan Intelektual ini, kita sebagia warga negara Indonesia merenung dalam hati, apakah kita sudah bisa ikut merayakan hari itu?Apakah kita pantas merayakan hari itu? Hanya diri kita pribadi yang bisa menjawabnya.
            Jangan jadikan teknologi yang berkembang untuk membuat kemudahan menjadikan kita manja dan semakin berpikiran sempit untuk menjadi seorang plagiator. Jadikanlah teknologi sebagai alat membantu kita menjadi lebih baik dan membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik. Jangan menjadi manusia ctrl+c, ctrl+v  lagi.  Semua bisa berubah jika kita bisa mulai dari yang kecil, mulai dari yang ada di sekitar kita, dan mulai dari sekarang.

JURNALISME TERDIDIK



“Wan, sekolahmu kemarin rusuh ya?”, “rusuh? ga tuh..kabar dari mana tu?”, “loh, bukannya kemarin di TV sekolahmu yang dibilang tauran?”, “hah?salah tu berita, jangan cepat percaya berita sekarang”.
Dialog di atas hanyalah sebuah ilustrasi yang terinspirasi dari kejadian nyata di negeri ini. Saat itu salah satu stasiun TV ternama Indonesia melakukan kesalahan penulisan nama sekolah yang terlibat tauran dahsyat. Hal yang sangat krusial yang efeknya sangat besar. Satu sekolah menjadi buruk citranya, atau mendadak dicap jelek tanpa melakukan apapun hanya karena kesalahan penulisan nama. Inilah masa di mana kecepatan lebih diutamakan daripada ketepatan.
Ketika semua ini terjadi, yang paling pertama disalahkan oleh orang adalah stasiun TV tersebut, dianggap tidak benar, dianggap ceroboh atau teledor.  Bagi sebagian orang kritik dan protes orang-orang terhadap stasiun TV di berbagai media sosial adalah hal yang biasa. Namun, bagi orang-orang yang masih peduli dengan keadaan media massa Indonesia, hal itu ibarat sebuah tamparan keras di muka para pekerja media massa, tepatnya para jurnalis negeri ini.
Salah satu fungsi media massa adalah untuk memberikan informasi. Namun, informasi yang diberikan bukanlah informasi yang sembarangan atau asal-asalan. Sebelum informasi tersebut disiarkan melalui media massa dan disaksikan jutaan orang, informasi itu seharusnya dipastikan terlebih dulu kebenarannya. Fakta dan data adalah hal yang harus selalu dipastikan dan diperhatikan oleh seorang jurnalis.
Menjalankan fungsi media massa sebagi pendidik masyarakat sudah selayaknya kaum jurnalis yang mengisi media massa memberikan pembelajaran yang baik untuk khalayaknya. Hal-hal yang bersifat fundamental seperti verifikasi, riset, dan observasi adalah hal yang harus dilakukan untuk mendukung setiap hal yang disampaikan.
Menurut Ary Gunawan Usis, seorang pemerhati media yang juga mantan wartawan dalam artikelnya tentang pendidikan jurnalisme di Koran Tempo(18/2) bahwa “pendidikan jurnalisme dapat dianggap sebagai hulu dari proses pengembangan pers dan jurnalisme yang bermutu”. Penulis sangat setuju dengan pendapat ini karena menurut penulis, semua kesalahan yang terjadi atau kegagalan-kegagalan media massa menampilkan tayangan atau memaparkan informasi yang tidak  baik atau tidak cukup  benar adalah karena kurangnya pendidikan jurnalisme yang mereka punya.
Oleh sebab itu sangat dirasa penting untuk memperdalam dan memperkuat pondasi dasar setiap pekerja jurnalisme dalam hal ke jurnalistikan mereka. Namun, tidak hanya orang yang berlandaskan pendidikan jurnalisme yang bergerak di dunia jurnalisme dan menghasilkan karya-karya jurnalistik yang bagus. Wartawan atau reporter televisi tidak semuanya memilki dasar jurnalistik. Banyak dari jurnalis Indonesia yang pendidikan dasarnya bukan berasal dari jurnalistik, tapi dari berbagai macam disiplin ilmu.
Seharusnya bisa dikatakan bahwa semua isi siaran di berbagai media massa adalah tanggung jawab para lulusan dengan ilmu yangs sesuai dengan hal tersebut, seperti para sarjana ilmu komunikasi. Menurut beberapa alumni fakultas ilmu komunikasi di salah satu universitas di Kota Bandung yang penulis temui, pendidikan yang ada di bangku kuliah dengan fakta di lapangan ketika bekerja di dunia jurnalistik sangat terasa berbeda.
Mengenai perbedaan yang terjadi di bangku kuliah dan di lapangan menurut penulis merupakan hal yang harus sangat diperhatikan oleh lembaga pendidikan jurnalisme. Untuk menghasilkan sumber daya berkualitas di lapangan , dibutuhkan pengetahuan mengenai lapangan secara jelas. Jangan sampai apa yang dijelaskan di bangku kuliah malah berlawanan dengan apa yang terjadi di lapangan. Hal ini juga merupakan faktor penyebab tidak berkualitasnya karya jurnalistik yang dihasilkan. Kebanyakan hanya mengejar kecepatan dan mengabaikan ketepatan.
UNESCO telah membuat sebuah panduan untuk pendidikan jurnalistik. Dalam panduan tersebut dikatakan bahwa dalam melakukan pendidikan jurnalisme harus diperhatikan tiga poros utama. Poros pertama adalah poros yang mengajarkan norma, nilai, perangkat , standar, dan praktik jurnalisme. Poros kedua menekankan pada aspek-aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, hukum dan etika dari praktik jurnalisme , baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Adapaun poros ketiga terdiri atas pengetahuan umum mengenai dunia dan tantangan intelektual dalam dunia jurnalisme.
Berkaca dari tiga poros yang telah ditentukan UNESCO terhadap pendidikan jurnalisme tersebut, apakah Indonesia telah menerapkan ketiga hal tersebut dalam melaksanakan pendidikan dalam dunia jurnalisme. Apakah jurnalis Indonesia sudah cukup memiliki etika untuk tidak menerima amplop , atau malah memberikan nomor rekeningnya demi sebuah pemberitaan?Apakah jurnalis Indonesia sudah cukup pengetahuan umumnya tentang dunia?apakah jurnalis Indonesia bisa membedakan mana norma dan nilai yang harus diperhatikannya?
Terlepas dari ketiga poros pendidikan jurnalisme, para calon pendidik lewat media massa ini juga harus memahami hal-hal sederhana yang sangat penting nilainya, yaitu EYD (ejaan yang disempurnakan). Bahasa media adalah bahasa yang amat sering menjadi acuan bagi banyak orang utnk diadopsi menjadi bahasa mereka sehari-hari. Jika bahasa yang dipaparkan media secara terus-menerus mengalami kesalahan maka bersiaplah menerima dampak kesalahan bahasa yang lebih besar di masyarakat.
Penulis sangat berharap agar lembaga-lembaga yang menjalankan pendidikan jurnalisme sekarang. Seperti di universitas-universitas negeri maupun swasta dapat dengan benar memberikan pembelajaran yang tepat untuk para calon jurnalis. Untuk menjadi pendidik yang baik bagi para penikmat media massa, para calon jurnalis haruslah menjadi orang yang terdidik pula.

PAHLAWAN??



Lagi-lagi untuk kesekian kalinya Indonesia “menyumbangkan” salah satu budaya asli di negara ini ke negara lain. Tarian yang selama ini menjadi cirri khas sebuah daerah di Indonesia diakui oleh Malaysia sebagai tarian asli dari Malaysia. Apa yang terjadi dengan Indonesia?apakah negara ini benar-benar telah berubah menjadi negara lemah?Tidak adakah kekuatan bangsa ini untuk mempertahankan apa yang dimilkinya agar tidak diganggu dan diambil oleh bangsa lain?
Jawaban dari pertanyaan itu mungkin sederhana, bagaimana mungkin pemerintah atau rakyat Indonesia secara keseluruhan memerhatikan budayanya jika banyak hal yang harus diperhatikan. kemarin Indonesia memeringati Hari Pahlwan, berbagai wacana, cita dan harapan diumbar di  Hari Pahlwan tersebut. 
  Segudang permasalahan politik, ekonomi, budaya, hukum, dan lainnya telah menenggelamkan Indonesia di lautan masalah yang membuatnya sulit untuk naik ke permukaan. Indonesia seolah-olah tidak tahu bagaimana menyelesaikan permasalahan demi permasalahan dengan baik. Menghadapi sebuah kasus,  semisal kasus terbunuhnya aktifis HAM Munir yang telah lebih dari 7 tahun tapi belum bias terkuak dengan jelas.
Konflik horizontal sampai sekarang masih belum bisa teratasi oleh rakyat Indonesia. Tawuran antar Ormas, tawuran antar kampong, tawuran antar “genk”, tawuran antar agama, dan segala jenis tawuran terus dan terus berlangsung di Indonesia tanpa henti. Jika diibaratkan Indonesia adalah kapal selam yang ingin keluar  dari lautan masalah, maka berbagai macam konflik ini adalah pertikaian para kru kapal selam. Bagaimana mungkin sebuah kapal selam akan berjalan dengan baik jika awak kapal saling bertarung, menunjukkan keegoisan masing-masing, bagaimana mungkin Indonesia bisa bangkit dan maju jika rakyat Indonesia sendiri masih tidak bisa selaras dan membangun harmoni kehidupan yang baik?
Kesimpulan yang bisa ditarik dari fenomena ini adalah telah sebulan sejak perintgatan Hari Kebangkitan nasional, tapi kita tetap belum bangkit. Jika kita kaji secara mendasar Kebangkitan Nasional adalah masa bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Tapi jika sekarang kita Hari Pahlwan hanyalah peringatan yang dilakukan oleh beberapa oknum yang dalam hatinya mungkin tidak mengetahui apa itu Hari Pahlwan seperti , pejabat, pegawai negeri, aparat negara, dan orang-orang yang ingin dinilai mencintai sejarah Indonesia.
Jika dihitung Indonesia telah berkali-kali memeringati hari bersejarah ini, tepat nya menuju peringatan ke sekian kali, tapi menurut saya semua itu hanya sebatas perayaan, hanya sebatas mengingat di pagi hari dan sore harinya lupa bahwa hari ini adalah 10 november. Hari Pahlwan seharusnya menjadi sumber inspirasi dan motivasi bangsa Indonesia dalam melaksanakan berbagai hal di semua sisi pembangunan negara. Kebangkitan nasional, memotivasi abdi negara, penegak hukum, anggota legislatif, kalangan dunia usaha, pelajar dan mahasiswa, para pekerja dan seluruh rakyat, sadar bahwa dia hidup di sebuah negara yang memilki sejarah teramat besar untuk selanjutnya  mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara.
Jika kita bahas satu persatu Hari Pahlawan bisa menjadi momentum bangkitnya berbagai sektor di negara Indonesia. Dengan mengetahui bangkit seperti apa yang harus kita lakukan bisa membuat kita tidak sekedar melakukan perayaan bangkit, tapi juga bangkit yang membangun, bangkit yang mebuat perubahan, bangkit yang bergerak untuk sebuah kemajuan.
  Di bidang politik, semangat kebangkitan nasional memicu kegiatan politik yang positif. Politik bukan hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan tapi, politik menjadi  tempat berperan aktifnya  seluruh komponen bangsa Indonesia dalam menyukseskan kegiatan pembangunan yang didasari keinginan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Untuk bidang ekonomi,kebangkitan nasional bisa diaplikasikan dengan meningkatkan  kemampuan untuk menghasilkan berbagai produk bermutu yang bernilai jual tinggi dan bisa disejajarkan dengan berbagai macam produk impor. Hal ini akan meningkatkan perekonomian Indonesia. Indonesia akan mampu berbicara banyak di dunia ekonomi dunia jika memiliki ekonomi negara yang kuat.
Bidang pendidikan juga harus bangkit dengan maksimal. Anggaran pendidikan yang sudah ada kita maksimalkan dengan lebih baik. Pengawasan akan masalah dana harus benar-benar teliti agar tidak ada lagi penyelewengan. Para siswa Indonesia telah mampu berbicara banyak di olimpiade sains internasional. Sudah selayaknya para ilmuan Indonesia juga berlaku sama, bahkan jika perlu mampu meraih nobel demi mengharumkan Bangsa Indoensia. Kebangkitan nasional inilah momen untuk mulai bangkit dan merubah dunia pendidikan Indonesia.
Tidak kalah penting hari pahlawan yg berhubungan erat dengan kebangkitan nasional juga harus diikuti oleh kebangkitan negara dalam bidang sosial budaya. Semangat kebangkitan nasional dalam bidang ini harus sangat kokoh, karena ini merupakan pilar yang paling penting dalam menunjukkan sebuah jatidiri bangsa. Kehidupan social yang kuat dan senantiasa mengedepankan persatuan dan kesatuan, kebersamaan dan gotong royong akan membuat Indonesia hidup dalam perdamaian dan kekuatan dalam negeri yang sangat kokoh tanpa harus diselingi konflik-konflik horizontal.
Budaya Indonesia harus bisa tetap kita lesatarikan, agar tidak mudah diambil alih oleh negara lain, dalam benak kita bersama harus tertanam bahwa budaya Indonesia kita jaga , bukan untuk kita saja, tapi  untuk anak cucu kita nantinya. Betapa sedihnya nenek moyang  kita terdahulu apabila tahu suatu saat Tari Pendet, Tari Piring, Tari Saman,dan lainnya diambil alih oleh bangsa lain, dan diakui mereka sebagai budaya mereka.
Peringatan hari pahlawan telah berlangsung ,tidak selayaknya bangsa Indonesia harus menyaksikan tindakan munafik atas rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta sikap gotong royong. Sifat  yang selama ini menjadi ciri khas Indonesia dan digembor-gemborkan setiap saat. Sudah cukup rakyat Indonesia menjadi saksi tindak kekerasan, aksi premanisme, korupsi dan berbagai penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang yang justru mengemban amanat rakyat di posisi yang terhormat, krisis kepercayaan terhadap pemimpin, dan segala macam jenis tawuran.
Jika semua hal di atas dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia dan menjadikan tanggal 10 November 2012 lalu  sebagai momentum awal pergerakan menuju kebangkitan yang membawa perubahan, maka saya yakin beberapa tahun ke depan, tidak akan ada lagi tulisan seperti ini, yang ada hanyalah tulisan tentang berbagai keberhasilan rakyat Indonesia.
Majunya pahlwan-pahlawan baru Indonesia  bukanlah sebuah mimpi, menjadi negara hebat bukanlah sebatas angan. Semua bisa terwujud jika semua elemen yang ada dapat memilki satu tekad menuju perubahan tersebut. Semoga ke depan bangsa Indonesia bisa menata kehidupan yang lebih baik sesuai dengan cita-cita perjuangan bangsa sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan sesuai dengan Pancasila.
           10 nevember bukan hanya tanggal bersejarah yang harus diperingati, tapi 10 november menjadi “alarm” yang setiap tahun mengingatkan kita agar bangun dan bangkit, bukan hanya bangkit, tapi juga berubah untuk lebih baik. Jangan sampai budaya kita kembali diambil alih oleh negara lain di tahun-tahun selanjutnya setelah kita memeringati Hari Pahlwan ini..

WAJAR


Kadang kita bertanya-tanya , kenapa orang tua setiap orang di dunia ini ( indonesia aja  mungkin) cendrung sensitif, selektif, idealis, bahkan kadang egois apabila anak-anak mereka membicarakan tentang jodoh. Kenapa demikian?? Setelah saya teliti, cermati, amati, bahkan mungkin alami, saya baru tau jawabannya, dan jawbaannya itu adalah satu kata sederhana yaitu " WAJAR", wajar???kenapa wajar, karena, jawabnnya juga satu kata , mungkin klise, tapi bermakna dalam yaitu CINTA.

Mungkin orang banyak berkata, "alaaaaaaaaaahhh...pinter ngomong aja lu...semua orang juga tau!!!". Benar, saya memang mengambil kesimpulan dari hal-hal yang mungkin juga sudah banyak diketahui orang lain...jawaban2 seperti "itu tandanya cinta", "itu tandanya org tua sayang", dan semacamnya. Tapi taukah kita semua ada poin penting dari sikap orang tua yang seperti itu??bacalah sedikit paparan saya ini..

Ketika akan lahir ibu kita berjuang untuk melahirkan kita, bertaruh nyawa,demi keselamatan kelahiran kita, sedangkan ayah kita entah dengan perasaan seperti apa menunggu dengan cemas apa yang akan terjadi dengan ibu dan si bayi(kita). Kita tumbuh makin besar, kita disusukan, diberi makan, diajarkan berbicara "maaa..maa..", "paaa...paaa", diajarkan berjalan, berlari dan semacamnya. Ketika kita mulai bisa berlari dengan cepat , keliling rumah, kita mulai mendapatkan peringatan dari orang tua " jangan keluar pagar ya" dengan lembut,ketika kita yang bandel berlari keluar pagar terdengar teriakan "ariiii, masuk!!jangan keluar pgar, nanti dtabrak motor" . Suara orang tua kita mulai keras terdengar karena kecemasan mereka yang berlebih, bukan karena marah pada kita yang melanggar perintahnya. Beratambah besar, ketika semua teman2 kita telah bersepeda berkeliling kompleks kita meminta dibelikan sepeda pada org tua kita, dan jawban pertama yang kita dengar adalah "bersepeda itu berbahaya, ga pakai sepeda kan juga bisa main yg lain.."dampaknya, kita akan menangis, cemberut, bahakan marah ke orang tua kita, dan beberapa hari kemudia sebuah sepeda baru telah ada di depan rumah utk kita. Begitulah masa pertumbuhan kita orang tua kita selalu menemani saat-saat itu, speda, motor, mobil bahkan hal-hal besar lainnya. Orang tua akan mengabulkan apa yang kita minta, bagaimanapun susahnya mereka berusaha utk mendapatkan hal yang kita inginkan. Dan mereka akan sangat merasa bersalah apabila melihat kita yang sedih apabila keinginann kita itu tidak dapat mereka penuhi.

Namun, semua berbeda ketika yang kita minta adalah persetujuan untuk mendapatkan pendamping hidup kita,yang telah kita cari sendiri. WAJAR ,Kenapa jawabnnya wajar?karena hal yang satu ini berbeda dengan hal lain yang pernah kita minta kepada mereka, ini berbeda dengan minta izin untk pergi berkemah di sekolah, ini berbeda dengan minta izin mendaki gunung merapi atau singgalang, ini juga berbeda dengan meminta izin membuat SIM A atau SIM C.
Orang tua telah melayani kita dari keci, mereka yang tau apa yang ada pada diri kita, mereka yang tau apa kebiasaan baik dan bruk kita, dan mereka yang tau apa yang kita suka dan tidak. Sekarang kewajiban mereka tersebut akan digantikan oleh seseorang yang asing bagi mereka, yang mereka belum tau apa, bagaimana, dan seperti apa mereka???apakah orang tua bisa dengan mudah memberikan kepercayaan pada orang asing tersebut untuk menjalankan kewajiban yang selama ini mereka lakukan???tentu tidak teman2...jadi wajar apabila orang tua bersikap seperti itu dalam masalah ini.

Ketika seorang anak wanita yang memperkenalkan seorang lelaki yang badannya penuh tato, merokok, dan penuh tindikan di telinganya, maka para ayah akan lsg tidak percaya untuk menyerahkan kewajiban pada sang pria untuk menjaga anaknya sampai tua kelak, walau si ayah tidak tahu bagaimana sikap dri pria asing tersebut. Ketika anak2 mereka memelas2 pada mereka untuk menyetujui suatu hubungan, orang tua tidak akan semudah ketika dlu mereka memelas-melas meminta dibelikan sepeda baru luluhnya.

Seorang anak lelaki yang memperkenalkan seorang wanita yang baik, ramah, sopan , santun kepada ibunya,belum tentu akan langsung diberikan kepercayaan oleh sang ibu. Akan muncu banyak pertanyaan dalam kepala si ibu"apakah dia bisa membuat ayam goreng balado kesukaan anak ku?", "apakah dia tau apa yang harus dilakukannya ketika anakku panas karena demam?", "apakah dia tau, bagaimana cara menanggapi cerita anakku yang  selalu berapi-api?", dan ratusan pertanyaan lainnya. Si ibu mgkin akan mengizinkan tapi sulit mengetahui apakah hati si ibu bisa se ikhlas mengizinkan si anak lelaki pergi mendaki gunung singgalang.

Maka sekali lagi saya katakan, terserah apakah ini subjektif saya atau penilaian saya yang salah, WAJAR, apabila orang tua ingin yang terbaik bagi anaknya, klise memang dan mungkin terdengar klasik, tapi orang tua tidak akan menjerumuskan anak2 mereka.orang tua hanya khawatir kita berada pada tangan yang salah, dan orang tua khawatir kita tidak sebahagia ketika kita berada di genggaman mereka.

Untuk kita, sikap orang tua yang seperti itu janganlah kita hadapi dengan amarah, kekesalan, ataupun keegoisan pula, mereka hanya takut, dan mereka hanya ingin kita bahagia, maka tunjukkanlah bahwa kita berda di tangan yang tepat, yang tidak sekedar bisa memberika kebhagiaan materi semata, tapi juga kebahagiaan batin. Sehingga mereka bisa ikhlas memberikan kepercayaan pada si "orang asing" untuk berbagi menjalankan kewajiban yang mereka lakukan terhadap kita.