Sabtu, 10 November 2012

WAJAR


Kadang kita bertanya-tanya , kenapa orang tua setiap orang di dunia ini ( indonesia aja  mungkin) cendrung sensitif, selektif, idealis, bahkan kadang egois apabila anak-anak mereka membicarakan tentang jodoh. Kenapa demikian?? Setelah saya teliti, cermati, amati, bahkan mungkin alami, saya baru tau jawabannya, dan jawbaannya itu adalah satu kata sederhana yaitu " WAJAR", wajar???kenapa wajar, karena, jawabnnya juga satu kata , mungkin klise, tapi bermakna dalam yaitu CINTA.

Mungkin orang banyak berkata, "alaaaaaaaaaahhh...pinter ngomong aja lu...semua orang juga tau!!!". Benar, saya memang mengambil kesimpulan dari hal-hal yang mungkin juga sudah banyak diketahui orang lain...jawaban2 seperti "itu tandanya cinta", "itu tandanya org tua sayang", dan semacamnya. Tapi taukah kita semua ada poin penting dari sikap orang tua yang seperti itu??bacalah sedikit paparan saya ini..

Ketika akan lahir ibu kita berjuang untuk melahirkan kita, bertaruh nyawa,demi keselamatan kelahiran kita, sedangkan ayah kita entah dengan perasaan seperti apa menunggu dengan cemas apa yang akan terjadi dengan ibu dan si bayi(kita). Kita tumbuh makin besar, kita disusukan, diberi makan, diajarkan berbicara "maaa..maa..", "paaa...paaa", diajarkan berjalan, berlari dan semacamnya. Ketika kita mulai bisa berlari dengan cepat , keliling rumah, kita mulai mendapatkan peringatan dari orang tua " jangan keluar pagar ya" dengan lembut,ketika kita yang bandel berlari keluar pagar terdengar teriakan "ariiii, masuk!!jangan keluar pgar, nanti dtabrak motor" . Suara orang tua kita mulai keras terdengar karena kecemasan mereka yang berlebih, bukan karena marah pada kita yang melanggar perintahnya. Beratambah besar, ketika semua teman2 kita telah bersepeda berkeliling kompleks kita meminta dibelikan sepeda pada org tua kita, dan jawban pertama yang kita dengar adalah "bersepeda itu berbahaya, ga pakai sepeda kan juga bisa main yg lain.."dampaknya, kita akan menangis, cemberut, bahakan marah ke orang tua kita, dan beberapa hari kemudia sebuah sepeda baru telah ada di depan rumah utk kita. Begitulah masa pertumbuhan kita orang tua kita selalu menemani saat-saat itu, speda, motor, mobil bahkan hal-hal besar lainnya. Orang tua akan mengabulkan apa yang kita minta, bagaimanapun susahnya mereka berusaha utk mendapatkan hal yang kita inginkan. Dan mereka akan sangat merasa bersalah apabila melihat kita yang sedih apabila keinginann kita itu tidak dapat mereka penuhi.

Namun, semua berbeda ketika yang kita minta adalah persetujuan untuk mendapatkan pendamping hidup kita,yang telah kita cari sendiri. WAJAR ,Kenapa jawabnnya wajar?karena hal yang satu ini berbeda dengan hal lain yang pernah kita minta kepada mereka, ini berbeda dengan minta izin untk pergi berkemah di sekolah, ini berbeda dengan minta izin mendaki gunung merapi atau singgalang, ini juga berbeda dengan meminta izin membuat SIM A atau SIM C.
Orang tua telah melayani kita dari keci, mereka yang tau apa yang ada pada diri kita, mereka yang tau apa kebiasaan baik dan bruk kita, dan mereka yang tau apa yang kita suka dan tidak. Sekarang kewajiban mereka tersebut akan digantikan oleh seseorang yang asing bagi mereka, yang mereka belum tau apa, bagaimana, dan seperti apa mereka???apakah orang tua bisa dengan mudah memberikan kepercayaan pada orang asing tersebut untuk menjalankan kewajiban yang selama ini mereka lakukan???tentu tidak teman2...jadi wajar apabila orang tua bersikap seperti itu dalam masalah ini.

Ketika seorang anak wanita yang memperkenalkan seorang lelaki yang badannya penuh tato, merokok, dan penuh tindikan di telinganya, maka para ayah akan lsg tidak percaya untuk menyerahkan kewajiban pada sang pria untuk menjaga anaknya sampai tua kelak, walau si ayah tidak tahu bagaimana sikap dri pria asing tersebut. Ketika anak2 mereka memelas2 pada mereka untuk menyetujui suatu hubungan, orang tua tidak akan semudah ketika dlu mereka memelas-melas meminta dibelikan sepeda baru luluhnya.

Seorang anak lelaki yang memperkenalkan seorang wanita yang baik, ramah, sopan , santun kepada ibunya,belum tentu akan langsung diberikan kepercayaan oleh sang ibu. Akan muncu banyak pertanyaan dalam kepala si ibu"apakah dia bisa membuat ayam goreng balado kesukaan anak ku?", "apakah dia tau apa yang harus dilakukannya ketika anakku panas karena demam?", "apakah dia tau, bagaimana cara menanggapi cerita anakku yang  selalu berapi-api?", dan ratusan pertanyaan lainnya. Si ibu mgkin akan mengizinkan tapi sulit mengetahui apakah hati si ibu bisa se ikhlas mengizinkan si anak lelaki pergi mendaki gunung singgalang.

Maka sekali lagi saya katakan, terserah apakah ini subjektif saya atau penilaian saya yang salah, WAJAR, apabila orang tua ingin yang terbaik bagi anaknya, klise memang dan mungkin terdengar klasik, tapi orang tua tidak akan menjerumuskan anak2 mereka.orang tua hanya khawatir kita berada pada tangan yang salah, dan orang tua khawatir kita tidak sebahagia ketika kita berada di genggaman mereka.

Untuk kita, sikap orang tua yang seperti itu janganlah kita hadapi dengan amarah, kekesalan, ataupun keegoisan pula, mereka hanya takut, dan mereka hanya ingin kita bahagia, maka tunjukkanlah bahwa kita berda di tangan yang tepat, yang tidak sekedar bisa memberika kebhagiaan materi semata, tapi juga kebahagiaan batin. Sehingga mereka bisa ikhlas memberikan kepercayaan pada si "orang asing" untuk berbagi menjalankan kewajiban yang mereka lakukan terhadap kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar