Kamis, 08 Oktober 2015

MENEBAR KEBAIKAN





“Kalau kamu bukan anak Raja dan engkau bukan anak Ulama besar, maka jadilah Penulis” (Imam Al-Ghazali)

            Kalimat sederhana bermakna dalam dari Imam Al-Ghazali untuk kita para homonaran (makhluk yang suka bercerita) di atas menyadarkan kita agar kita harus menjadi “seseorang” di dunia ini. Menjadi seorang anak raja sudah tentu kita memiliki banyak keuntungan, kekuasaan dan harta akan dengan mudah kita dapatkan. Sebagai anak ulama pun demikian. Perkataan kita yang berbasis ilmu dari orang tua seorang ulama pun tidak akan mudah dipandang remeh di masyarakat. Ketika dua hal itu tidak menempel pada diri kita, lahir dari seorang rakyat biasa, orang tua yang tidak terlalu pintar, atau malah mungkin memiliki pendidikan di bawah rata-rata, maka Imam Al Ghzali menyarankan agar kita menjadi penulis.
            Lalu apa yang akan kita tulis?jika kita bukan orang yang biasa saja. Perlu disadari, semua orang bisa menjadi penulis. Minimal menjadi penulis cerita tentang dirinya sendiri. Karena tidak ada yang lebih mudah daripada menceritakan diri kita sendiri, karena kita yang lebih tau keadaan diri kita, pengalaman diri kita, dan cerita diri kita sendiri. Tentu tidak mudah untuk menceritakan diri sendiri jika diri ini tidak melakukan apa-apa. Tidak akan menjadi tulisan menarik jika dalam hidup ini  hanya melakukan hal-hal rutin seperti  tidur, bangun, makan, lalu tidur lagi. Untuk itu tulisan ini dibuat, bukan untuk membuat Anda menjadi seorang penulis terkenal, novelis bestseller, atau komlomnis berpengaruh. Tulisan ini hanya ingin membuat Anda mampu merancang dan memetakan diri anda untuk menjadi manusia yang lebih punya “nilai”. Dengan menjadi manusia yang punya “nilai”maka kita  akan lebih mudah menuliskannya.
            Lalu untuk apa kita menulis? Mungkin itu pertanyaan selanjutnya. Jika kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik, punya “nilai” yang bisa ditiru, punya pengaruh dan ide-ide cemerlang tentang kebaikan, lalu apa? Tulis?untuk apa ?mengapa kita harus menuliskannya? Menjawab pertanyaan ini, coba kita berpikir dan kita harus menyadari bahwa tulisan itu berumur panjang. Setiap kata yang tertulis di kitab-kitab karangan para pemikir berabad-abad lalu masih menjadi bahan bacaan oleh banyak ilmuan masa kini. Apakah itu penting?


            Sebuah petikan hadist  dari Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Apabila seorang anak Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga perkara : sedekah jariah,atau ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak yang soleh yang berdoa untuknya." (Hadith Sahih - Riwayat Muslim dan lain-lainnya)
            Menarik jika kita memahami hadist ini, di dalamnya disampaikan bahwa ketika seorang manusia meninggal maka tidak akan ada lagi kesempatannya untuk menambah berat timbangannya di hari akhir, kecuali melalui tiga perkara yang telah disebutkan. Untuk hal ini kita dapat merasakan bahwa waktu meraih pahala cuma sebentar, yakni hanya sampai meninggal. Jika saat Anda membaca tulisan ini adalah hari Rabu, dan anda ditakdirkan meninggal Kamis esok, maka hari ini adalah hari terakhir Anda beribadah. Sebentar bukan?
            Kita belum tentu memiliki anak yang sholeh, kita belum tentu kaya raya untuk bersedekah jariyah yang banyak. Tapi kita semua memiliki kesempatan untuk menebar kebaikan dengan ilmu bermanfaat yang kita miliki. Untuk itu, mulai saat ini kita akan bertekad untuk menjadi manusia yang lebih baik dan berilmu serta bersepakat untuk menjadi penyampai ilmu demi kebaikan kita di dunia maupun akhirat. Menjadi seseorang yang mengajarkan kebaikan adalah sebuah konsepsi universal di dunia ini. Melarang orang membuang sampah sembarangan adalah konsep yang berlaku dimana saja kita berada, mencegah perampokan, penculikan, pemerkosaan, adalah konsep umum yang diterima di seluruh hamparan bumi ini. Jadi tidak ada alasan kita untuk tidak menjadi manusia yang mengejar pahala dengan menyebarkan kebaikan.
Semua manusia memiliki impian dalam hidupnya. Namun, tidak sedikit manusia yang memiliki impian setelah hidupnya berakhir. Max Weber dalam teori Etika Protestannya mengatakan bahwa manusia berusaha untuk mencari sebuah jaminan kebahagiaannya di akhirat dengan membuat dirinya bahagia di dunia, dan hal inilah yang menjadi munculnya kegigihan perekonomian bangsa barat. Hal ini bisa menjadi rujukan bagi kita untuk “memastikan” kebahagiaan kita di akhirat dengan menjadikan diri kita pribadi baik yang bermanfaat bagi banyak orang.

Manusia dilahirkan dengan berbagai sikap dan sifat tertentu dalam menghadapi sesuatu. Tidak sedikit manusia yang menolak ketika diajak untuk menjadi lebih baik dan meninggalkan hal buruk.Dibutuhkan energi lebih untuk menjadi penyampai kebaikan ini dan kita akan lakukan itu mulai hari ini, setelah selesai membaca tulisaN ini, jadilah pribadi baru yang akan membuat dunia di sekitar anda lebih baik. Tidak peduli anda adalah seorang pemuda, orang tua, perempuan, laki-laki, lulusan SD, atau seorang Profesor. Menjadi orang baik yang membuat orang jadi baik adalah hak Anda.!!

SADAR, BANGKIT , BERGERAK !!
          Untuk menjadi pribadi yang baik dan membuat orang lain baik perlu kita lakukan beberapa langkah konseptual yang mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terlepas Anda akan melakukan perbaikan di lingkungan apapun, kelas, kantor, keluarga, masyarakat, atau bahkan negara.
            Hal yang akan kita lakukan untuk mencapai tujuan menjadi pribadi baik yang menebar kabaikan dapat dibagi menjadi tiga bagian.
            Tiga hal ini menjadi kerangka kehidupan kita dalam proses menjadi pribadi baik yang menebar kebaikan. Akan kita jelaskan dan paparkan satu persatu tentang hal ini, agar lebih aplikatif dan segera dapat diterapkan oleh pembaca.

SADAR
            Secara bahasa, sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali. Keadaan sadar dapat dikatakan kesadaran. Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif. Kadang kala kita lupa pada tahapan ini. Dalam menghadapi sebuah permasalahan atau jika ingin melakukan sesuatu kita harus melewati proses ini, yaitu tahapan “sadar”. Kita harus mengetahui bagaimana, dan apa yang akan kita hadapi. Secara konseptual kesadaran membutuhkan tiga tahapan, yaitu penginderaan, pengertian dan pemahaman. Hal ini disebut proses komunikasi intrapersonal sesuai dengan yang disampaikan oleh Djalaludin Rakhmat dalam karya besarnya buku Psikologi Komunikasi.
            Untuk mencapai kesadaran yang baik diperlukan kemampuan menangkap segala sesuatu dengan indera yang kita miliki, baik itu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan perabaan. Jika kita sudah mampu mengoptimalkan penginderaan terhadap sesuatu maka kita akan dengan mudah untuk bergerak ke tahapan selanjutnya. Mengerti tentang sesuatu juga merupakan proses mencapai kesadaran seorang manusia. Bisa melogikakan segala seustau yang telah dindranya untuk selanjutnya masuk ke tahapan paham. Paham adalah mengerti yang tidak sekedar tahu, tapi telah mencapai tahapan analisis mendalam tentang sesuatu yang telah diketahui. Tiga hal tahapan mencapai kesadaran ini sangat dibutuhkan untuk perbaikan diri.
Sadar menjadi sangat penting karena akan sulit melakukan perbaikan diri jika kita merasa diri kita telah baik, tanpa menyadari bahwa diri kita masih jauh dari harapan baik. Sebagai contoh, seorang mahasiswa tidak akan terdorong untuk rajin belajar, berubah menjadi mahasiswa yang semangat kuliah  jika dia tidak melihat, atau mendengar informasi tentang IPK nya yang rendah. Dia merasa IPK nya baik-baik saja, padahal sebenarnya telah diambang DO. Oleh sebab itu kesadaran adalah hal penting dan dibutuhkan dalam perbaikan pada diri. Untuk karyawan yang malas dan bekerja tidak sesuai target, mereka harus sadar dulu bahwa mereka memang malas, missal dilihat dari indicator kehadiran, keterlambatan, target yang menurun, dan lainnya, intinya sadarkan bahwa mereka memang harus melakukan perbaikan.

BANGKIT
            Setelah melewati tahapan sadar, maka kita masuk tahapan selanjutnya yaitu bangkit. Secara bahasa bangkit memiliki pengertian bangun. Bangun dalam hal ini adalah mulai untuk tidak terlena dengan kesadaran yang kita telah dapatkan. Banyak orang ketika menyadari bahwa dia butuh perbaikan maka ia terlena dengan kesadaran tersebut. Seolah-olah dia telah melakukan perbaikan dengan menyadari kekurangan dirinya. Bangkit dalam hal ini adalah berusaha untuk merancang dan memetakan apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi masalah yang telah kita sadari ada pada diri sendiri. Semua masalah Anda yang ada tidak akan sirna begitu saja hanya dengan dikeluhkan. Tidak akan hilang hanya dengan disadari saja. Kita harus pikirkan solusinya. Inilah langkah awal untuk perubahan.
            Bangkit adalah tahapan yang kadangkala menjadi penyebab seseorang mulai malas, mulai mundur, mulai merasa dirinya tidak akan bisa berubah. Bangkit adalah tahapan kita untuk menyingkirkan penghalang yang menghalangi diri ini untuk bergerak dan maju menjadi lebih baik. Menjadi sulit jika pengahalang untuk menjadi lebih baik itu muncul dan terus tumbuh ketika kita sudah mencapai tahapan sadar. Tahapan bagkit adalah intinya. Sukses atau tidaknya perubahan seseorang adalha ketika ia mampu melewati tahap bangkit ini. Karena menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) bangkit juga dapat diartikan gerakan yang dilakukan untuk mengubah posisi dari rebah menjadi berdiri. Tentu tidak mudah, apalagi jika posisi rebah telah membuat diri sangat nyaman.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa telah menyadari bahwa nilai-nilainya kacau dan tidak memiliki sedikitpun kemampuan berorganisasi karena waktunya yang habis untuk bermain game online. Karena kesadarannya dia mulai bertekad untuk menjadi lebih baik, ia menyiapkan rencana untuk membuat perubahan pada dirinya, dia mulai mengatur jadwalnya untuk belajar, dan berencana mengikuti berbagai organisasi. Ketika dalam proses ini, dia tidak mudah mengerti materi perkuliahan, beberapa temannya tidak menerima perubahannya, dengan mengatakan percuma berubah, atau organisasi yang baru diikutinya menolak dan mengucilkannya. Hal ini akan membuat dia kembali bersinggungan dengan game online nya. Lalu ia kembali terlena, dan merasa, “ah.. saya sudah mencoba, tapi tetap tidak bisa”.
Untuk itu, proses bangkit ini membutuhkan dorongan dan bantuan yang kuat , tidak hanya dari dalam diri orang yang ingin berubah, tapi juga dari pihak eksternal yang berada disekitarnya. Jika tidak mendapat dukungan yang baik, maka akan rentan bagi seseorang yang akan mulai bangkit untuk dapat “berdiri” karena sudah dijatuhkan sebelum ia mulai untuk mengganti posisinya dari rebah menjadi berdiri.
BERGERAK
Inilah tahapan terakhir yang akan kita bahas dalam proses perubahan dan perbaikan seorang manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Setelah melewati tahapan sadar dan bangkit maka seseorang telah siap untuk melanjutkan proses perubahannya untuk bergerak. Gerak menurut definisi yang merujuk pada ilmu pengetahuan alam adalah suatu perubahan tempat kedudukan pada suatu benda dari titik keseimbangan awal. Sebuah benda dikatakan bergerak jika benda itu berpindah kedudukan terhadap benda lainnya baik perubahan kedudukan yang menjauhi maupun yang mendekati.
Dalam hal ini, bergerak adalah berusaha untuk melakukan sesuatu yang nyata, berpindah dari satu posisi ke posisi lain, tidak statis pada satu posisi. Setelah menyadari diri dalam keadaan rebah di bawah, seseorang harus melalui proses bangkit untuk berdiri tegak dan mengganti posisi. Selanjutnya dia harus mulai untuk melangkahkan kakinya, menggerakkan tangannya, menolehkan wajahnya. Perubahan tidak terjadi hanya dengan kesadaran dan langkah-langkah untuk berubah, tanpa menjalankannya. Dalam tahap ini, semua rencana, dan semua rancangan yang telah berbentuk ancang-ancang dalam proses bangkit direalisasikan melalui sebuah gerakan. Tidak ada lagi kata ragu, menyerah, putus asa, atau merasa lemah.
Gerakan harus dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dirancang agar tidak menyimpang dari tujuan semula. Tidak ada kata mundur. Jika kita telah berada dijalur yang lurus dan benar sesuai dengan pesan Baginda Rasulullah SAW, berlarilah, jika tidak sanggup untuk berlari maka mulailah berjalan, jika kaki ini lelah untuk berjalan, jika kita sudah tidak kuat maka teruslah maju walau harus dengan merangkak, terus maju walau dengan kecepatan yang sangat pelan dan  jangan pernah berpikir untuk berhenti apalagi mundur. Karena perjuangan untuk menjadi baik tidaklah mudah. Dibutuhkan konsep yang matang dan kesadaran yang penuh serta kebangkitan yang total agar terjadi sebuah gerakan maksimal.
Melanjutkan contoh tentang seorang mahasiswa yang bernilai buruk dan ingin berubah. Kesadarannya telah muncul, bahwa ia harus berubah menjadi lebih baik, ia ingin membahagiakan orang tuanya, ia ingin membuat dirinya lebih berguna bagi bangsa, Negara dan agamanya, serta bahagia di dunia dan akhiratnya. Ia mulai bangkit tapi banyak penolakan dan kegagalan yang dialaminya. Ia terus berjuang, bangkitnya memang banyak halangan, tapi dia berhasil menyingkirkan semua pikiran negative sehingga ia mampu untuk bergerak. Kuliahnya pun sedikit demi sedikit mulai membaik, nilai-nilainya mulai memuaskan. Organisasi mulai menerimanya karena ide-ide cemerlangnya tentang perubahan, teman-temannya mulai mendekatinya karena ia menjadi pribadi yang terbuka dan ramah.
Itulah contoh perubahan konkret dari seseorang yang telah melewati proses perubahan dengan konsep sadar, bangkit, berubah. Memang tidak mudah dan tidak dalam waktu yang singkat. Tapi semua itu bisa diwujudkan jika kita yakin bahwa itu bisa dilakukan. Semua orang menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah sebuah realitas yang sudah memang harus terjadi, padahal Allah menciptakan manusia dengan kebebasan berpikir dan bergerak.
Jika kita bisa melakukan tahapan demi tahapan dengan sabar dan terkontrol, maka tidak akan susah untuk menjadi pribadi yang baik dan menyebarkan kebaikan. Mulailah untuk menyadari dan menilai diri sendiri. Kekurangan apa yang aku punya?kelemahan apa yang aku miliki? Setelah itu, mulailah berusaha memikirkan solusi untuk mengatasi atau menghilangkannya. Setelah itu lakukan. Lakukan walau itu tidak mudah. Bukankah kita selalu berdoa untuk ditujukkan jalan yang lurus, bukan jalan yang mulus.