“Kalau
kamu bukan anak Raja dan engkau bukan anak Ulama besar, maka jadilah Penulis” (Imam Al-Ghazali)
Kalimat sederhana
bermakna dalam dari Imam Al-Ghazali untuk kita para homonaran (makhluk yang
suka bercerita) di atas menyadarkan kita agar kita harus menjadi “seseorang” di
dunia ini. Menjadi seorang anak raja sudah tentu kita memiliki banyak
keuntungan, kekuasaan dan harta akan dengan mudah kita dapatkan. Sebagai anak
ulama pun demikian. Perkataan kita yang berbasis ilmu dari orang tua seorang
ulama pun tidak akan mudah dipandang remeh di masyarakat. Ketika dua hal itu
tidak menempel pada diri kita, lahir dari seorang rakyat biasa, orang tua yang
tidak terlalu pintar, atau malah mungkin memiliki pendidikan di bawah
rata-rata, maka Imam Al Ghzali menyarankan agar kita menjadi penulis.
Lalu apa yang akan kita tulis?jika
kita bukan orang yang biasa saja. Perlu disadari, semua orang bisa menjadi
penulis. Minimal menjadi penulis cerita tentang dirinya sendiri. Karena tidak
ada yang lebih mudah daripada menceritakan diri kita sendiri, karena kita yang
lebih tau keadaan diri kita, pengalaman diri kita, dan cerita diri kita
sendiri. Tentu tidak mudah untuk menceritakan diri sendiri jika diri ini tidak
melakukan apa-apa. Tidak akan menjadi tulisan menarik jika dalam hidup ini hanya melakukan hal-hal rutin seperti tidur, bangun, makan, lalu tidur lagi. Untuk
itu tulisan ini dibuat, bukan untuk membuat
Anda menjadi seorang penulis terkenal, novelis bestseller, atau komlomnis
berpengaruh. Tulisan ini hanya ingin membuat Anda mampu merancang dan memetakan
diri anda untuk menjadi manusia yang lebih punya “nilai”. Dengan menjadi
manusia yang punya “nilai”maka kita akan
lebih mudah menuliskannya.
Lalu untuk apa kita menulis? Mungkin
itu pertanyaan selanjutnya. Jika kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik,
punya “nilai” yang bisa ditiru, punya pengaruh dan ide-ide cemerlang tentang
kebaikan, lalu apa? Tulis?untuk apa ?mengapa kita harus menuliskannya? Menjawab
pertanyaan ini, coba kita berpikir dan kita harus menyadari bahwa tulisan itu
berumur panjang. Setiap kata yang tertulis di kitab-kitab karangan para pemikir
berabad-abad lalu masih menjadi bahan bacaan oleh banyak ilmuan masa kini.
Apakah itu penting?
Sebuah petikan hadist dari Abu Hurairah r.a. mengatakan
bahwa Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Apabila seorang anak Adam mati
putuslah amalnya kecuali tiga perkara : sedekah jariah,atau ilmu yang memberi
manfaat kepada orang lain atau anak yang soleh yang berdoa untuknya." (Hadith
Sahih - Riwayat Muslim dan lain-lainnya)
Menarik jika kita memahami hadist
ini, di dalamnya disampaikan bahwa ketika seorang manusia meninggal maka tidak
akan ada lagi kesempatannya untuk menambah berat timbangannya di hari akhir,
kecuali melalui tiga perkara yang telah disebutkan. Untuk hal ini kita dapat
merasakan bahwa waktu meraih pahala cuma sebentar, yakni hanya sampai
meninggal. Jika saat Anda membaca tulisan ini adalah hari Rabu, dan anda
ditakdirkan meninggal Kamis esok, maka hari ini adalah hari terakhir Anda
beribadah. Sebentar bukan?
Kita belum tentu memiliki anak yang
sholeh, kita belum tentu kaya raya untuk bersedekah jariyah yang banyak. Tapi
kita semua memiliki kesempatan untuk menebar kebaikan dengan ilmu bermanfaat
yang kita miliki. Untuk itu, mulai saat ini kita akan bertekad untuk menjadi
manusia yang lebih baik dan berilmu serta bersepakat untuk menjadi penyampai
ilmu demi kebaikan kita di dunia maupun akhirat. Menjadi seseorang yang
mengajarkan kebaikan adalah sebuah konsepsi universal di dunia ini. Melarang
orang membuang sampah sembarangan adalah konsep yang berlaku dimana saja kita
berada, mencegah perampokan, penculikan, pemerkosaan, adalah konsep umum yang
diterima di seluruh hamparan bumi ini. Jadi tidak ada alasan kita untuk tidak
menjadi manusia yang mengejar pahala dengan menyebarkan kebaikan.
Semua
manusia memiliki impian dalam hidupnya. Namun, tidak sedikit manusia yang
memiliki impian setelah hidupnya berakhir. Max Weber dalam teori Etika
Protestannya mengatakan bahwa manusia berusaha untuk mencari sebuah jaminan
kebahagiaannya di akhirat dengan membuat dirinya bahagia di dunia, dan hal
inilah yang menjadi munculnya kegigihan perekonomian bangsa barat. Hal ini bisa
menjadi rujukan bagi kita untuk “memastikan” kebahagiaan kita di akhirat dengan
menjadikan diri kita pribadi baik yang bermanfaat bagi banyak orang.
Manusia
dilahirkan dengan berbagai sikap dan sifat tertentu dalam menghadapi sesuatu. Tidak
sedikit manusia yang menolak ketika diajak untuk menjadi lebih baik dan
meninggalkan hal buruk.Dibutuhkan energi lebih untuk menjadi penyampai kebaikan
ini dan kita akan lakukan itu mulai hari ini, setelah selesai membaca tulisaN
ini, jadilah pribadi baru yang akan membuat dunia di sekitar anda lebih baik. Tidak
peduli anda adalah seorang pemuda, orang tua, perempuan, laki-laki, lulusan SD,
atau seorang Profesor. Menjadi orang baik yang membuat orang jadi baik adalah
hak Anda.!!
SADAR,
BANGKIT , BERGERAK !!
Untuk menjadi pribadi yang baik
dan membuat orang lain baik perlu kita lakukan beberapa langkah konseptual yang
mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terlepas Anda akan
melakukan perbaikan di lingkungan apapun, kelas, kantor, keluarga, masyarakat,
atau bahkan negara.
Hal yang akan kita lakukan untuk
mencapai tujuan menjadi pribadi baik yang menebar kabaikan dapat dibagi menjadi
tiga bagian.
Tiga hal ini menjadi kerangka
kehidupan kita dalam proses menjadi pribadi baik yang menebar kebaikan. Akan
kita jelaskan dan paparkan satu persatu tentang hal ini, agar lebih aplikatif
dan segera dapat diterapkan oleh pembaca.
SADAR
Secara bahasa,
sadar
artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat
akan dirinya, ingat kembali. Keadaan sadar dapat dikatakan kesadaran. Kesadaran
sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu
proses aktif. Kadang kala kita lupa pada tahapan ini. Dalam menghadapi sebuah
permasalahan atau jika ingin melakukan sesuatu kita harus melewati proses ini,
yaitu tahapan “sadar”. Kita harus mengetahui bagaimana, dan apa yang akan kita
hadapi. Secara konseptual kesadaran membutuhkan tiga tahapan, yaitu penginderaan, pengertian dan pemahaman.
Hal ini disebut proses komunikasi intrapersonal sesuai dengan yang disampaikan
oleh Djalaludin Rakhmat dalam karya besarnya buku Psikologi Komunikasi.
Untuk mencapai kesadaran yang baik
diperlukan kemampuan menangkap segala sesuatu dengan indera yang kita miliki,
baik itu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan perabaan. Jika kita
sudah mampu mengoptimalkan penginderaan terhadap sesuatu maka kita akan dengan
mudah untuk bergerak ke tahapan selanjutnya. Mengerti tentang sesuatu juga
merupakan proses mencapai kesadaran seorang manusia. Bisa melogikakan segala
seustau yang telah dindranya untuk selanjutnya masuk ke tahapan paham. Paham
adalah mengerti yang tidak sekedar tahu, tapi telah mencapai tahapan analisis
mendalam tentang sesuatu yang telah diketahui. Tiga hal tahapan mencapai
kesadaran ini sangat dibutuhkan untuk perbaikan diri.
Sadar
menjadi sangat penting karena akan sulit melakukan perbaikan diri jika kita
merasa diri kita telah baik, tanpa menyadari bahwa diri kita masih jauh dari
harapan baik. Sebagai contoh, seorang mahasiswa tidak akan terdorong untuk
rajin belajar, berubah menjadi mahasiswa yang semangat kuliah jika dia tidak melihat, atau mendengar
informasi tentang IPK nya yang rendah. Dia merasa IPK nya baik-baik saja,
padahal sebenarnya telah diambang DO. Oleh sebab itu kesadaran adalah hal
penting dan dibutuhkan dalam perbaikan pada diri. Untuk karyawan yang malas dan
bekerja tidak sesuai target, mereka harus sadar dulu bahwa mereka memang malas,
missal dilihat dari indicator kehadiran, keterlambatan, target yang menurun,
dan lainnya, intinya sadarkan bahwa mereka memang harus melakukan perbaikan.
BANGKIT
Setelah melewati tahapan sadar, maka
kita masuk tahapan selanjutnya yaitu bangkit.
Secara bahasa bangkit memiliki pengertian bangun. Bangun dalam hal ini
adalah mulai untuk tidak terlena dengan kesadaran yang kita telah dapatkan.
Banyak orang ketika menyadari bahwa dia butuh perbaikan maka ia terlena dengan
kesadaran tersebut. Seolah-olah dia telah melakukan perbaikan dengan menyadari
kekurangan dirinya. Bangkit dalam hal ini adalah berusaha untuk merancang dan memetakan
apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi masalah yang telah kita sadari
ada pada diri sendiri. Semua masalah Anda yang ada tidak akan sirna begitu saja
hanya dengan dikeluhkan. Tidak akan hilang hanya dengan disadari saja. Kita
harus pikirkan solusinya. Inilah langkah awal untuk perubahan.
Bangkit adalah tahapan yang
kadangkala menjadi penyebab seseorang mulai malas, mulai mundur, mulai merasa
dirinya tidak akan bisa berubah. Bangkit adalah tahapan kita untuk
menyingkirkan penghalang yang menghalangi diri ini untuk bergerak dan maju
menjadi lebih baik. Menjadi sulit jika pengahalang untuk menjadi lebih baik itu
muncul dan terus tumbuh ketika kita sudah mencapai tahapan sadar. Tahapan
bagkit adalah intinya. Sukses atau tidaknya perubahan seseorang adalha ketika
ia mampu melewati tahap bangkit ini. Karena menurut kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI) bangkit juga dapat diartikan gerakan yang dilakukan untuk
mengubah posisi dari rebah menjadi berdiri. Tentu tidak mudah, apalagi jika
posisi rebah telah membuat diri sangat nyaman.
Sebagai
contoh, seorang mahasiswa telah menyadari bahwa nilai-nilainya kacau dan tidak
memiliki sedikitpun kemampuan berorganisasi karena waktunya yang habis untuk
bermain game online. Karena
kesadarannya dia mulai bertekad untuk menjadi lebih baik, ia menyiapkan rencana
untuk membuat perubahan pada dirinya, dia mulai mengatur jadwalnya untuk
belajar, dan berencana mengikuti berbagai organisasi. Ketika dalam proses ini,
dia tidak mudah mengerti materi perkuliahan, beberapa temannya tidak menerima
perubahannya, dengan mengatakan percuma berubah, atau organisasi yang baru
diikutinya menolak dan mengucilkannya. Hal ini akan membuat dia kembali
bersinggungan dengan game online nya.
Lalu ia kembali terlena, dan merasa, “ah.. saya sudah mencoba, tapi tetap tidak bisa”.
Untuk
itu, proses bangkit ini membutuhkan dorongan dan bantuan yang kuat , tidak
hanya dari dalam diri orang yang ingin berubah, tapi juga dari pihak eksternal
yang berada disekitarnya. Jika tidak mendapat dukungan yang baik, maka akan
rentan bagi seseorang yang akan mulai bangkit untuk dapat “berdiri” karena
sudah dijatuhkan sebelum ia mulai untuk mengganti posisinya dari rebah menjadi
berdiri.
BERGERAK
Inilah
tahapan terakhir yang akan kita bahas dalam proses perubahan dan perbaikan
seorang manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Setelah melewati tahapan
sadar dan bangkit maka seseorang telah siap untuk melanjutkan proses
perubahannya untuk bergerak. Gerak menurut
definisi yang merujuk pada ilmu pengetahuan alam adalah suatu perubahan tempat
kedudukan pada suatu benda dari titik keseimbangan awal. Sebuah benda dikatakan
bergerak jika benda itu berpindah kedudukan terhadap benda lainnya baik
perubahan kedudukan yang menjauhi maupun yang mendekati.
Dalam
hal ini, bergerak adalah berusaha untuk melakukan sesuatu yang nyata, berpindah
dari satu posisi ke posisi lain, tidak statis pada satu posisi. Setelah
menyadari diri dalam keadaan rebah di bawah, seseorang harus melalui proses bangkit
untuk berdiri tegak dan mengganti posisi. Selanjutnya dia harus mulai untuk
melangkahkan kakinya, menggerakkan tangannya, menolehkan wajahnya. Perubahan
tidak terjadi hanya dengan kesadaran dan langkah-langkah untuk berubah, tanpa
menjalankannya. Dalam tahap ini, semua rencana, dan semua rancangan yang telah
berbentuk ancang-ancang dalam proses bangkit direalisasikan melalui sebuah
gerakan. Tidak ada lagi kata ragu, menyerah, putus asa, atau merasa lemah.
Gerakan
harus dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dirancang agar tidak
menyimpang dari tujuan semula. Tidak ada kata mundur. Jika kita telah berada
dijalur yang lurus dan benar sesuai dengan pesan Baginda Rasulullah SAW,
berlarilah, jika tidak sanggup untuk berlari maka mulailah berjalan, jika kaki
ini lelah untuk berjalan, jika kita sudah tidak kuat maka teruslah maju walau
harus dengan merangkak, terus maju walau dengan kecepatan yang sangat pelan
dan jangan pernah berpikir untuk
berhenti apalagi mundur. Karena perjuangan untuk menjadi baik tidaklah mudah.
Dibutuhkan konsep yang matang dan kesadaran yang penuh serta kebangkitan yang
total agar terjadi sebuah gerakan maksimal.
Melanjutkan
contoh tentang seorang mahasiswa yang bernilai buruk dan ingin berubah.
Kesadarannya telah muncul, bahwa ia harus berubah menjadi lebih baik, ia ingin
membahagiakan orang tuanya, ia ingin membuat dirinya lebih berguna bagi bangsa,
Negara dan agamanya, serta bahagia di dunia dan akhiratnya. Ia mulai bangkit
tapi banyak penolakan dan kegagalan yang dialaminya. Ia terus berjuang,
bangkitnya memang banyak halangan, tapi dia berhasil menyingkirkan semua
pikiran negative sehingga ia mampu untuk bergerak. Kuliahnya pun sedikit demi
sedikit mulai membaik, nilai-nilainya mulai memuaskan. Organisasi mulai
menerimanya karena ide-ide cemerlangnya tentang perubahan, teman-temannya mulai
mendekatinya karena ia menjadi pribadi yang terbuka dan ramah.
Itulah
contoh perubahan konkret dari seseorang yang telah melewati proses perubahan
dengan konsep sadar, bangkit, berubah.
Memang tidak mudah dan tidak dalam waktu yang singkat. Tapi semua itu bisa
diwujudkan jika kita yakin bahwa itu bisa dilakukan. Semua orang menganggap
bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah sebuah realitas yang
sudah memang harus terjadi, padahal Allah menciptakan manusia dengan kebebasan
berpikir dan bergerak.
Jika
kita bisa melakukan tahapan demi tahapan dengan sabar dan terkontrol, maka
tidak akan susah untuk menjadi pribadi yang baik dan menyebarkan kebaikan.
Mulailah untuk menyadari dan menilai diri sendiri. Kekurangan apa yang aku
punya?kelemahan apa yang aku miliki? Setelah itu, mulailah berusaha memikirkan
solusi untuk mengatasi atau menghilangkannya. Setelah itu lakukan. Lakukan
walau itu tidak mudah. Bukankah kita selalu berdoa untuk ditujukkan jalan yang
lurus, bukan jalan yang mulus.