Indonesia, salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di
planet ini. Negara maritim dengan laut yang sangat luas, zamrud khatulistiwa
yang hutannya sebagai paru-paru dunia, serta negara unik dengan ribuan budaya
daerah. Bangsa besar yang puas dijajah dan berhasil mengembalikan
kemerdekaannya. Namun, semua prestasi-prestasi itu sepertinya hanya batas sebutan bibir,
bersifat tidak nyata dan orang Indonesia sendiri tidak tahu
apa kegunaan dari prestasi-prestasi tersebut.
Jika bicara prestasi lain mungkin Indonesia masih kalah dari berbagai negara
lain dengan jumlah penduduk dan luas daerah yang lebih kecil. Sebagai contoh
dalam bidang prestasi yang diakui oleh dunia,Nobel. Pernahkah kita berpikir,
Nobel apa yang pantas diberikan pada orang
Indonesia?Kedokteran?Fisika?Kimia?atau Ekonomi? Kita akan menjawabnya,
Indonesia bisa menerima semua kategori dari nobel tersebut. Ya, Indonesia
memang bisa mendapatkan nobel dari semua kategori tersebut, tapi entah kapan
dan bagaimana caranya? Bagaimana mungkin seorang Indonesia mendapatkan nobel
perdamaian sementara negaranya sendiri tidak kunjung damai. Bagaimana mungkin
seorang Indonesia mendapatkan nobel ekonomi sementara ekonomi negaranya
kacau-balau?Ini yang harus menjadi renungan bagi kita.
Beralih ke bidang olahraga, setiap event olahraga yang Indonesia ikuti tidak
pernah memuaskan rakyat Indonesia, sepak bola selalu gagal, bulu tangkis
didiskualifikasi di olimpiade, suporter rusuh, PON amburadul. Hanya satu yang
bisa dibanggakan, Indonesia menjuarai SEAGAMES 2011, itupun diuntungkan karena menjadi tuan rumah, dan rakyat masih
harus menelan kekecewaan karena sepak
bola yang memilki nilai prestasi lebih harus kalah dari Malaysia. Itulah yang
seharusnya orang-orang Indonesia sadari, jangan pernah mengharapkan hasil
maksimal apabila usaha yang dilakukan tidak maksimal. Jangan mengharapkan hasil
besar jika usaha yang dilakukan tidaklah besar.
Segudang
permasalahan politik, ekonomi, budaya, hukum, dan lainnya telah menenggelamkan
Indonesia di lautan masalah yang membuatnya sulit untuk naik ke permukaan.
Indonesia seolah-olah tidak tahu bagaimana menyelesaikan permasalahan demi
permasalahan dengan baik. Menghadapi sebuah kasus, semisal kasus terbunuhnya aktifis HAM Munir
yang telah lebih dari 8 tahun tapi belum bisa terkuak dengan jelas.
Setiap
tahun bangsa kita banyak memeringati hari besar nasional, Hari Kemerdekaan
Indonesia, Hari Pahlawan, Hari Kebangkitan Nasional, Hari Sumpah Pemuda, dan
banyak lagi. Dalam waktu dekat Hari
kebangkitan Nasional yang akan ramai diperbincangkan. Jika kita kaji secara
mendasar hari-hari yang kita peringati
tersebut selayaknya membuat bangkitnya rasa dan semangat persatuan,
kesatuan, dan nasionalisme.
Ditambah
kesadaran untuk memperjuangkan kembali kemerdekaan Republik
Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Tapi jika sekarang
kita liat peringatan hanya peringatan
dan mungkin tidak mengetahui apa fungsi apa makna dan apa manfaat memeringati
hari-hari bersejarah tersebut.
Jika
dihitung Indonesia telah berkali-kali memeringati hari bersejarah ini. Tapi
semua itu hanya sebatas perayaan, hanya sebatas mengingat di pagi hari dan lupa
di sore hari. Apakah benar Hari Kebangkitan Nasional itu bisa membuat BANGKIT??
Sepertinya belum, masih banyak hal-hal yang belum mampu dibangkitkan oleh
semangat Hari Kebangkitan Nasional ini.
Indonesia
memilki potensi luar biasa dalam bidang sumber daya manusia. Jumlah yang
banyak, disertai budaya yang beragam akan menimbulkan sumber daya manusia yang
heterogen dan unik. Terbukti banyak anak Indonesia yang berhasil meraih
prestasi dalam bidang sains, dan teknologi serta berbakat dalam bidang seni
budaya di dunia Internasional.Namun, mengapa mereka hanya mendapatkan medali
emas dan hadiah tapi tidak berdampak terhadap negara ini?
Anak-anak
Indonesia hanya berlomba, pola pikir mereka hanya dibuat untuk berkompetisi
demi nama baik mereka, keluarga, dan sedikit untuk negara. Mereka
berjuang tanpa diingatkan bahwa ilmu dan prestasi yang mereka dapat selayaknya
dapat menjadi manfaat bagi negara untuk membuat negara ini lebih maju.
Hasilnya, orientasi mereka adalah menjadi lebih pintar , lebih berprestasi dan
nantinya bekerja di luar negeri dan menjadi kaya raya dengan pengetahuan mereka
karena di luar negeri skill mereka lebih tinggi harganya. Hal ini harus
diperhatikan lebih baik oleh negara kita untuk bangkit menjadi negara yang
besar.
Tawuran
antar Ormas, tawuran antar kampong, tawuran antar “genk”, tawuran antar agama,
dan segala jenis tawuran terus dan terus berlangsung di Indonesia tanpa henti.
Jika diibaratkan Indonesia adalah kapal selam yang ingin keluar dari lautan masalah, maka berbagai macam konflik
ini adalah pertikaian para kru kapal selam. Bagaimana mungkin sebuah kapal
selam akan berjalan dengan baik jika awak kapal saling bertarung, menunjukkan
keegoisan masing-masing, bagaimana mungkin Indonesia bisa bangkit dan maju jika
rakyat Indonesia sendiri masih tidak bisa selaras dan membangun harmoni
kehidupan yang baik?
Peringatan
ke-105 kebangkitan nasional akan segera berlangsung ,tidak selayaknya bangsa
Indonesia harus menyaksikan tindakan munafik atas rasa kebersamaan, persatuan
dan kesatuan serta sikap gotong royong. Sifat
yang selama ini menjadi ciri khas Indonesia dan digembor-gemborkan
setiap saat. Sudah cukup rakyat Indonesia menjadi saksi tindak kekerasan, aksi
premanisme, korupsi dan berbagai penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang
yang justru mengemban amanat rakyat di posisi yang terhormat, krisis
kepercayaan terhadap pemimpin, dan segala macam jenis tawuran.
Jika
hal-hal di atas dapat dipahamu oleh
bangsa Indonesia dan menjadikan tanggal 20 Mei 2013 ini sebagai momentum awal pergerakan menuju
kebangkitan yang membawa perubahan, maka saya yakin beberapa tahun ke depan,
tidak akan ada lagi tulisan seperti ini, yang ada hanyalah tulisan tentang
berbagai keberhasilan rakyat Indonesia.
Kebangkitan
nasional bukanlah sebuah mimpi, menjadi negara hebat bukanlah sebatas angan.
Semua bisa terwujud jika semua elemen yang ada dapat memilki satu tekad menuju
perubahan tersebut. Semoga ke depan bangsa Indonesia bisa menata kehidupan yang
lebih baik sesuai dengan cita-cita perjuangan bangsa sebagaimana yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 dan sesuai dengan Pancasila.
20 Mei bukan hanya tanggal
bersejarah yang harus diperingati, tapi 20 Mei menjadi “alarm” yang setiap
tahun mengingatkan kita agar bangun dan bangkit, bukan hanya bangkit, tapi juga
berubah untuk lebih baik. “Maju Indonesia kembalikan kepercayaan rakyatmu, dan
jangan sampai mereka semua berteriak MUAK!! Menjadi bagian dari dirimu”.